Sabtu, 10 November 2012

Skyfall



Hai filmmania..
Kali ini saya ingin berbagi pengalaman menonton “Skyfall”, film terbaru franchise James Bond.

Seru. Menegangkan. Dahsyat!
Rasanya itulah kata-kata yang paling tepat untuk menggambarkan setiap film James Bond sejak film pertama dr.No produksi tahun 1962 sampai Skyfall tahun ini. Setiap film selalu lebih hebat dan menguras adrenalin dibanding film sebelumnya. Aksi lebih “gila”, special efek lebih canggih, cerita lebih kompleks, dan musuh yang lebih “psycho”. Selalu ada kejutan demi kejutan yang mengundang decak kagum dalam setiap elemen film itu.
Seperti di film Bond ke 23 ini. Kali ini Bond (Daniel Craig) harus berhadapan dengan Raoul Silva (Javier Bardem), seorang mantan agen MI6 yang memendam dendam kesumat kepada M (Judi Dench) sang pemimpin MI6 gara-gara merasa telah dikhianati dalam suatu misi bertahun-tahun lampau. Dalam usahanya membalas dendam, Silva mencuri daftar agen-agen yang menyusup ke organisasi-organisasi teroris di seluruh dunia. Secara bertahap para agen itu dieksekusi sebagai bentuk tekanan kepada M, yang dilain pihak menjadi terancam jabatannya karena dianggap gagal mencegah pencurian data rahasia negara tersebut.
Tingkat kejahatan dan keahlian Silva rupanya diatas rata-rata penjahat yang biasa dihadapi MI6. Sistem komputer MI6 yang super canggih berhasil dibobolnya, menyebabkan beberapa orang karyawan MI6 gugur dalam sebuah ledakan yang dirancangnya di markas besar organisasi intelijen itu.
Singkatnya, MI6 benar-benar sedang berada dalam masa kritis. Belum pernah terjadi sebelumnya teroris berhasil masuk ke jantung organisasi, bahkan kemudian melakukan aksinya dari sana.
Sebelumnya dalam upaya merebut harddisk berisi data vital itu, Bond harus terjungkal ke jurang sedalam 91 meter (!) dan dinyatakan hilang dalam tugas. Untunglah ternyata ia diselamatkan oleh warga desa sekitar sungai. Selama beberapa bulan Bond menjalani kehidupan tenang yang jauh dari intrik dunia spionase. Saat melihat organisasinya terancam, barulah Bond memutuskan kembali ke London untuk bertugas. 
Langkah pertama, Bond ke Shanghai demi memburu pencuri harddisk. Tugas berhasil, Bond terbang menuruti petunjuk yang didapat ke kasino mewah di Macau. Disana ia berkenalan dengan primadona kasino yang sangat cantik, Severine (Berenice Marlohe) yang membawanya ke sebuah pulau tak berpenghuni tempat tinggal Silva. Bond sempat berhasil menangkap Silva, dan membawanya ke tahanan di markas besar MI6 yang berpengamanan maksimal.

Minggu, 04 November 2012

Review THE WOMAN IN BLACK


Kisah Hantu Wanita Penebar Teror



Hai filmmania, apa kabar?
Semoga anda semua selalu dalam kebahagiaan dan kesehatan.

Kali ini saya ingin berbagi pengalaman menonton sebuah film kepada anda. Judulnya “Woman In Black”, produksi CBS Films tahun 2012.
Sebuah film horor bersetting Inggris di awal abad ke 20, dibintangi Daniel Radcliffe si ‘Harry Potter’. Disini Radcliffe berperan sebagai Arthur Kipps. Seorang duda beranak satu, pengacara di sebuah biro hukum yang hidup dalam kemuraman setelah kematian istri yang sangat dicintainya. Kemuraman itu berimbas ke karirnya.
Atasannya di biro hukum memberi tugas terakhir kepada Arthur untuk memeriksa dokumen-dokumen di sebuah wisma bernama Eel Marsh House, agar rumah itu bisa dijual. Bila tak mampu menyelesaikannya, maka itu adalah tugas terakhir Arthur di kantor itu.
Berangkatlah Arthur ke rumah yang ternyata terletak di tepi laut itu, menggunakan kereta api. Sebelum pergi Arthur mengizinkan putranya yang baru berusia 4 tahun untuk mengunjunginya beberapa hari kemudian disana.
Sejak pertama memasuki desa dekat Eel Marsh House, Arthur sudah menangkap atmosfer yang misterius, muram dan tak ramah. Pemilik penginapan yang nyaris tak mengizinkannya menginap—padahal jelas kantornya sudah memesan kamar sejak beberapa hari yang lalu, anak-anak yang mengintipnya dari balik jendela dengan ekspresi was-was, kusir kereta yang nyaris tak mau mengantarnya ke wisma, dan sebagainya. Tetapi karena tanggung jawab, Arthur tetap berusaha melaksanakan tugasnya.
Eel Marsh House ternyata sebuah rumah besar yang sudah berubah menjadi onggokan tembok kotor berdebu dan nyaris tenggelam dalam kerimbunan ilalang. Angker, apalagi dengan kompleks pekuburan kecil didekatnya.
Mengabaikan rasa takut, Arthur memeriksa kertas-kertas dokumen yang berserakan didalam rumah itu. Sesekali ada penampakan atau suara-suara aneh yang mengganggunya, tetapi ‘syaraf takut’ seolah dimatikannya, demi pelaksanaan pekerjaan.
Semakin lama bermukim di desa itu, keanehan makin menjadi. Fakta-fakta semakin jelas ditemukan Arthur, bahwa ada hantu kejam yang sudah sekian lama menghantui warga desa. Fakta yang mengerikan adalah, banyak anak-anak yang mati ‘bunuh diri’. Ternyata, anak-anak itu dipengaruhi oleh arwah seorang wanita penghuni Eel Marsh House di masa lalu. Ia memendam dendam kesumat terhadap saudarinya, yang dianggapnya telah mengganggu kebahagiaan rumah tangganya, serta menyebabkan anak lelaki satu-satunya meninggal.
Sedapat mungkin, Arthur berusaha menyelesaikan masalah itu. Dorongan terbesarnya adalah, karena putranya akan segera datang tanpa bisa dicegah. Ia tak mau putra terkasihnya itu ikut menjadi korban.
Arthur berusaha mengambil jasad anak si hantu penebar teror itu dari kedalaman lumpur laut, lalu membaringkannya di dalam peti mati si wanita.
Tetapi, rupanya itu tak membantu. Si hantu bergaun hitam terus menebar teror..

Nuansa dark film ini sangat sesuai dengan tema horor. Warna-warnanya soft dan pucat. Menimbulkan dengan sempurna suasana yang muram, misterius dan menakutkan di sepanjang film. Setting waktu dan tempat, tentu detail dan nyaris sempurna seperti umumnya film produksi perusahaan besar Hollywood atau Eropa. Membuat kita benar-benar seperti menyaksikan kehidupan nyata di pedesaan Inggris satu abad lampau. Terutama bangunan Eel Marsh House dan lingkungannya yang benar-benar terlihat angker, kumuh tak terurus selama bertahun-tahun, dan penuh menyimpan misteri. Entah bagaimana para desainer dan kru artistik serta animator itu membuatnya. Beda sekali dengan misalnya, set sinetron-sinetron bersetting sejarah di televisi kita, yang kelihatan baru dibuat dan terbuat dari kayu dan tripleks. Tak boleh dibandingkan? Mungkin memang ya, tetapi saya haqqul yakin kalau memang ada niat, para sinetron maker itu pasti mampu membuat yang lebih baik dari yang selama ini mereka tampilkan. Pasti. Tinggal masalah niat mau membuat tayangan berkualitas atau tidak..  (eh, kok jadi curhat J )
Kesan horor sudah dimulai sejak adegan pertama. Tiga orang perempuan cilik yang sedang bermain boneka di sebuah ruangan, tiba-tiba terhipnotis berjalan ke jendela, lalu.. terjun bebas. Mengerikan, dan mengkondisikan batin penonton untuk siap menerima kejutan-kejutan menakutkan berikutnya. Akting Radcliffe cukup bagus, juga semua pemeran lainnya. Bagi saya bahkan menimbulkan rasa geregetan, bagaimana mungkin seseorang berani sendirian malam-malam bekerja di rumah dengan kondisi seperti itu? Bahkan, menjelajah ruangan demi ruangan demi mencari dokumen, atau saat merespon suara-suara aneh. Sayangnya karakter Arthur disini, tetap terlihat terlalu muda untuk peran seorang bapak muda. Wajah Radcliffe yang boyish belum pantas memerankan karakter seseorang berusia diatas 25 tahun. Kontras sekali dengan para pemeran dewasa lain yang terlihat matang dan sesuai dengan peran. Mungkin demi kepetingan komersial semata Radcliffe diserahi peran demikian.

Kekuatan utama film ini saya lihat ada pada usaha pemunculan ketakutan di benak pemirsa, bukan pada cerita. Selain atmosfer dark tadi, juga pada tempo lambat yang sengaja dibuat untuk membawa pemirsa merasakan misteri dan kengerian dibalik tembok-tembok tebal yang kotor, boneka-boneka binatang yang lebih terlihat menyeramkan daripada lucu, kursi goyang yang bergerak sendiri, atau wajah-wajah anak-anak yang polos tetapi penuh ketakutan. Tak sekali dua kali kita akan kaget menyaksikan penampakan-penampakan bayangan yang membuat bulu kuduk berdiri. Seperti saat tiba-tiba sesosok tubuh meluncur menggantung di seutas tali. Bukan main menyentak jantung..
Saya pribadi menganggap film yang ceritanya diambil dari novel karya Susan Hill ini secara keseluruhan cukup bagus, kendati kurang puas dengan endingnya. Tetapi, tentu itu subyektif. Jadi bagi rekan filmmania penyuka genre horor, silahkan menyaksikannya. Bisa membeli atau menyewanya dari rental terdekat.  
Jangan beli bajakan/download ilegal ya..

Sekian, dan semoga bermanfaat bagi kita semua..


Sutradara       : James Watkins
Penulis           : Jane Goldman
Diangkat dari novel karya Susan Hill
Produksi         : CBS Films th.2012
Rating menurut produksi film.com: 3 dari 5 bintang