Kali ini saya ingin berbagi pengalaman menonton “Skyfall”,
film terbaru franchise James Bond.
Seru. Menegangkan. Dahsyat!
Rasanya
itulah kata-kata yang paling tepat untuk menggambarkan setiap film James Bond
sejak film pertama dr.No produksi tahun 1962 sampai Skyfall tahun ini. Setiap
film selalu lebih hebat dan menguras adrenalin dibanding film sebelumnya. Aksi
lebih “gila”, special efek lebih canggih, cerita lebih kompleks, dan musuh yang
lebih “psycho”. Selalu ada kejutan demi kejutan yang mengundang decak kagum
dalam setiap elemen film itu.
Seperti di film Bond ke 23 ini. Kali ini Bond (Daniel Craig) harus berhadapan dengan Raoul Silva (Javier Bardem), seorang mantan agen
MI6 yang memendam dendam kesumat kepada M (Judi Dench) sang pemimpin MI6
gara-gara merasa telah dikhianati dalam suatu misi bertahun-tahun lampau. Dalam
usahanya membalas dendam, Silva mencuri daftar agen-agen yang menyusup ke
organisasi-organisasi teroris di seluruh dunia. Secara bertahap para agen itu
dieksekusi sebagai bentuk tekanan kepada M, yang dilain pihak menjadi terancam
jabatannya karena dianggap gagal mencegah pencurian data rahasia negara
tersebut.
Tingkat kejahatan dan keahlian Silva rupanya diatas
rata-rata penjahat yang biasa dihadapi MI6. Sistem komputer MI6 yang super
canggih berhasil dibobolnya, menyebabkan beberapa orang karyawan MI6 gugur
dalam sebuah ledakan yang dirancangnya di markas besar organisasi intelijen
itu.
Singkatnya,
MI6 benar-benar sedang berada dalam masa kritis. Belum pernah terjadi sebelumnya
teroris berhasil masuk ke jantung organisasi, bahkan kemudian melakukan aksinya
dari sana.
Sebelumnya dalam upaya merebut harddisk berisi data vital
itu, Bond harus terjungkal ke jurang sedalam 91 meter (!) dan dinyatakan
hilang dalam tugas. Untunglah ternyata ia diselamatkan oleh warga desa sekitar
sungai. Selama beberapa bulan Bond menjalani kehidupan tenang yang jauh dari
intrik dunia spionase. Saat melihat organisasinya terancam, barulah Bond memutuskan
kembali ke London untuk bertugas.
Langkah pertama, Bond ke Shanghai demi memburu pencuri
harddisk. Tugas berhasil, Bond terbang menuruti petunjuk yang didapat ke kasino
mewah di Macau. Disana ia berkenalan dengan primadona kasino yang sangat cantik, Severine (Berenice Marlohe) yang
membawanya ke sebuah pulau tak berpenghuni tempat tinggal Silva. Bond sempat
berhasil menangkap Silva, dan membawanya ke tahanan di markas besar MI6 yang
berpengamanan maksimal.
Semoga
anda semua selalu dalam kebahagiaan dan kesehatan.
Kali ini saya ingin berbagi pengalaman menonton sebuah film
kepada anda. Judulnya “Woman In Black”, produksi CBS Films tahun 2012.
Sebuah
film horor bersetting Inggris di awal abad ke 20, dibintangi Daniel Radcliffe
si ‘Harry Potter’. Disini Radcliffe berperan sebagai Arthur Kipps. Seorang duda
beranak satu, pengacara di sebuah biro hukum yang hidup dalam kemuraman setelah
kematian istri yang sangat dicintainya. Kemuraman itu berimbas ke karirnya.
Atasannya
di biro hukum memberi tugas terakhir kepada Arthur untuk memeriksa
dokumen-dokumen di sebuah wisma bernama Eel Marsh House, agar rumah itu bisa
dijual. Bila tak mampu menyelesaikannya, maka itu adalah tugas terakhir Arthur
di kantor itu.
Berangkatlah Arthur ke rumah yang ternyata terletak di tepi
laut itu, menggunakan kereta api. Sebelum pergi Arthur mengizinkan putranya
yang baru berusia 4 tahun untuk mengunjunginya beberapa hari kemudian disana.
Sejak
pertama memasuki desa dekat Eel Marsh House, Arthur sudah menangkap atmosfer
yang misterius, muram dan tak ramah. Pemilik penginapan yang nyaris tak mengizinkannya
menginap—padahal jelas kantornya sudah memesan kamar sejak beberapa hari yang
lalu, anak-anak yang mengintipnya dari balik jendela dengan ekspresi was-was,
kusir kereta yang nyaris tak mau mengantarnya ke wisma, dan sebagainya. Tetapi
karena tanggung jawab, Arthur tetap berusaha melaksanakan tugasnya.
Eel
Marsh House ternyata sebuah rumah besar yang sudah berubah menjadi onggokan tembok
kotor berdebu dan nyaris tenggelam dalam kerimbunan ilalang. Angker, apalagi
dengan kompleks pekuburan kecil didekatnya.
Mengabaikan
rasa takut, Arthur memeriksa kertas-kertas dokumen yang berserakan didalam
rumah itu. Sesekali ada penampakan atau suara-suara aneh yang mengganggunya,
tetapi ‘syaraf takut’ seolah dimatikannya, demi pelaksanaan pekerjaan.
Semakin
lama bermukim di desa itu, keanehan makin menjadi. Fakta-fakta semakin jelas
ditemukan Arthur, bahwa ada hantu kejam yang sudah sekian lama menghantui warga
desa. Fakta yang mengerikan adalah, banyak anak-anak yang mati ‘bunuh diri’. Ternyata,
anak-anak itu dipengaruhi oleh arwah seorang wanita penghuni Eel Marsh House di
masa lalu. Ia memendam dendam kesumat terhadap saudarinya, yang dianggapnya
telah mengganggu kebahagiaan rumah tangganya, serta menyebabkan anak lelaki
satu-satunya meninggal.
Sedapat
mungkin, Arthur berusaha menyelesaikan masalah itu. Dorongan terbesarnya
adalah, karena putranya akan segera datang tanpa bisa dicegah. Ia tak mau putra
terkasihnya itu ikut menjadi korban.
Arthur
berusaha mengambil jasad anak si hantu penebar teror itu dari kedalaman lumpur laut,
lalu membaringkannya di dalam peti mati si wanita.
Tetapi,
rupanya itu tak membantu. Si hantu bergaun hitam terus menebar teror..
Nuansa dark film
ini sangat sesuai dengan tema horor. Warna-warnanya soft dan pucat. Menimbulkan dengan sempurna suasana yang muram,
misterius dan menakutkan di sepanjang film. Setting
waktu dan tempat, tentu detail dan nyaris sempurna seperti umumnya film
produksi perusahaan besar Hollywood atau Eropa. Membuat kita benar-benar
seperti menyaksikan kehidupan nyata di pedesaan Inggris satu abad lampau. Terutama
bangunan Eel Marsh House dan lingkungannya yang benar-benar terlihat angker,
kumuh tak terurus selama bertahun-tahun, dan penuh menyimpan misteri. Entah
bagaimana para desainer dan kru artistik serta animator itu membuatnya. Beda
sekali dengan misalnya, set sinetron-sinetron bersetting sejarah di televisi
kita, yang kelihatan baru dibuat dan terbuat dari kayu dan tripleks. Tak boleh
dibandingkan? Mungkin memang ya, tetapi saya haqqul yakin kalau memang ada niat, para sinetron maker itu pasti mampu membuat yang lebih
baik dari yang selama ini mereka tampilkan. Pasti. Tinggal masalah niat mau
membuat tayangan berkualitas atau tidak.. (eh, kok jadi curhat J )
Kesan horor sudah dimulai sejak adegan pertama. Tiga orang perempuan
cilik yang sedang bermain boneka di sebuah ruangan, tiba-tiba terhipnotis
berjalan ke jendela, lalu.. terjun bebas. Mengerikan, dan mengkondisikan batin
penonton untuk siap menerima kejutan-kejutan menakutkan berikutnya. Akting
Radcliffe cukup bagus, juga semua pemeran lainnya. Bagi saya bahkan menimbulkan
rasa geregetan, bagaimana mungkin seseorang
berani sendirian malam-malam bekerja di rumah dengan kondisi seperti itu?
Bahkan, menjelajah ruangan demi ruangan demi mencari dokumen, atau saat merespon
suara-suara aneh. Sayangnya karakter Arthur disini, tetap terlihat terlalu muda
untuk peran seorang bapak muda. Wajah Radcliffe yang boyish belum pantas memerankan karakter seseorang berusia diatas 25
tahun. Kontras sekali dengan para pemeran dewasa lain yang terlihat matang dan
sesuai dengan peran. Mungkin demi kepetingan komersial semata Radcliffe
diserahi peran demikian.
Kekuatan utama film ini saya lihat ada pada usaha
pemunculan ketakutan di benak pemirsa, bukan pada cerita. Selain atmosfer dark tadi, juga pada tempo lambat yang
sengaja dibuat untuk membawa pemirsa merasakan misteri dan kengerian dibalik
tembok-tembok tebal yang kotor, boneka-boneka binatang yang lebih terlihat
menyeramkan daripada lucu, kursi goyang yang bergerak sendiri, atau wajah-wajah
anak-anak yang polos tetapi penuh ketakutan. Tak sekali dua kali kita akan
kaget menyaksikan penampakan-penampakan bayangan yang membuat bulu kuduk
berdiri. Seperti saat tiba-tiba sesosok tubuh meluncur menggantung di seutas
tali. Bukan main menyentak jantung..
Saya pribadi menganggap film yang ceritanya diambil dari
novel karya Susan Hill ini secara keseluruhan cukup bagus, kendati kurang puas
dengan endingnya. Tetapi, tentu itu
subyektif. Jadi bagi rekan filmmania penyuka genre horor, silahkan
menyaksikannya. Bisa membeli atau menyewanya dari rental terdekat.