Selasa, 12 November 2013

Filmmaker mania..
Mama dan The Conjuring, adalah 2 film horror paling menakutkan buat saya. Menonton kedua film itu membuat masuk ke dalam situasi mencekam luar biasa. Hal itu membuat saya sangat penasaran akan proses pembuatannya. Berikut behind the scenes kedua film yang saya dapat dari Youtube:

MAMA (2013)






THE CONJURING (2013)





Kamis, 11 Juli 2013

BULAN MADU?


Pada tanggal 21-26 Juni 2013 lalu, saya mengikuti Workshop Peningkatan Kualitas Produksi Film (PKPF) yang diselenggarakan Kemendikbud, di kawasan Puncak, Bogor.
Banyak hal teknis perfilman yang kami dapatkan disini.
Pada akhir pelatihan, kami ditugaskan membuat sebuah film pendek.

Film ini adalah karya kami dari Kelompok 1. Banyak kelemahan karena kami masih amatir, sebab itu saran & kritik konstruktif kami terima.. :-)
Untuk color grading, sudah kami usahakan optimal tetapi tetap susah menyamakan warrna antara kamera DSLR & Sony EX3 :-(


Terima kasih telah menonton.. dan maaf atas ketidaksempurnaan karya ini 🙏🙏🙏


Jumat, 04 Januari 2013

3 Film Penutup Tahun 2012


Hai sobat filmholic..
Apa kabar?
Izinkan saya kali ini sedikit berbagi lagi dengan anda semua.
Seputar dunia yang menjadi minat besar kita bersama, film dan filmmaking.

Filmholic, tahun 2012 kemarin saya tutup dengan kenangan manis tentang film Indonesia. Bagaimana tidak, pada bulan Desember saja 3 film karya anak bangsa telah saya tonton di bioskop, dan saya puas dengan semuanya. 5 CM-nya Rizal Mantovani, Cinta Tapi Beda-nya Hanung Bramantyo dan Habibie & Ainun-nya Faozan Rizal. Sungguh membahagiakan menyaksikan film-film Indonesia yang semakin berkualitas!


5 CM


5 CM mengisahkan petualangan 6 sahabat mengarungi petualangan mendaki puncak Semeru. Kekuatan yang paling menonjol dari film ini menurut saya terletak pada visualisasi lanskap gunung tertinggi di Jawa itu, yang menurut saya cukup berhasil mengabadikan keindahannya yang menakjubkan. Dipadukan dengan drama menarik seputar pencarian jati diri dan makna kehidupan khas anak muda, visualisasi tersebut menjadi semakin memiliki makna. Lebih lanjut tentang film ini dapat sobat baca di artikel yang lalu. 4 dari 5 bintang saya berikan untuk film ini.

HABIBIE DAN AINUN




Habibie & Ainun adalah perjalanan kisah cinta nyata yang manis dan agung antara tokoh nasional, legenda hidup dunia ilmu pengetahuan dan teknologi Indonesia Habibie dengan kekasih tercintanya Ainun. Satu dari sedikit tema sejenis yang pernah diangkat sineas lokal. Kekuatan utamanya terletak pada 2 hal: keindahan cerita itu sendiri, dan akting para tokohnya. Bila dibandingkan dengan kisah fiksi, memang jalinan konflik sepanjang alur cerita tidak terlalu kompleks dan padat. Hal tersebut tentu bisa dimaklumi mengingat ini adalah kisah yang diangkat dari kejadian nyata, dimana dalam kenyataannya memang hanya sedikit manusia mengalami kisah yang sedemikian kompleks dan ‘heboh’ seperti ditampilkan dalam banyak film. Apalagi bila mengingat bahwa Habibie adalah tokoh yang termasuk dalam lingkaran kekuasaan politik masa orde baru, sehingga mau tidak mau detail kisah hidupnya pastilah banyak bersinggungan dengan tokoh dan masalah yang bermuatan politis, sehingga (untuk ukuran Indonesia) tentunya terlalu sensitif untuk ditampilkan. Jadilah, konflik terasa nyaris datar di sebagian besar film.
Kekuatan film ini memang bukan disitu, tetapi lebih ke penampilan keindahan kisah cinta sepanjang hidup Habibie dan Ainun. Kekuatan cinta antara 2 manusia, kebersamaan dalam mengatasi segala dinamika kehidupan yang terjadi sepanjang perjalanan kehidupan mereka. Satu hal yang terus terang tidak saya duga adalah, kemampuan Reza Rahardian dalam menghidupkan peran Habibie. Kemampuan aktingnya bertemu dengan sosok yang demikian menantang untuk dieksplor, sebab Habibie adalah tokoh yang sangat unik dalam banyak hal: kecerdasannya, pemikirannya, pengalaman hidupnya sampai ke cara bicara dan gesture tubuhnya. Piala Citra 2013 nampaknya akan menambah koleksinya tahun depan.
Terlepas dari segala kekurangan dan kelebihannya, Habibie dan Ainun cukup menarik. Setting kehidupan masa lalu, setting tempat di Jerman, cerita prestasi Habibie serta tentunya kisah cinta sejati antara beliau dengan ibu Ainun cukup membuat film ini menyegarkan untuk ditonton. Semua kelemahannya seolah kabur oleh inspirasi demi inspirasi yang bisa dipetik darinya. 4 dari 5 bintang saya sematkan juga untuk film ini.

CINTA TAPI BEDA




Cinta Tapi Beda sudah saya tunggu sejak pertama saya melihat teasernya. Film-film dengan tema perbedaan agama seperti ini selalu mengundang rasa penasaran saya tentang bagaimana sang penulis menyelesaikan kisah klasik yang dihadapi umat beragama di Indonesia tersebut. Bagaimana pula sang sutradara mengemasnya secara pas sehingga menjadi sebuah tontonan yang mencerahkan, dan kalau bisa, menghibur. Ternyata, setelah menontonnya, rasa penasaran tersebut cukup terpuaskan. Film ini berhasil menampilkan secara real tanpa dramatisasi berlebihan, apa yang terjadi jika sepasang insan berbeda agama memutuskan melanjutkan hubungan mereka ke jenjang pernikahan. Tentangan demi tentangan apa yang akan mereka alami, pergolakan batin sehebat apa yang mereka rasakan, dan bagaimana mereka mengatasinya. Hanung Bramantyo sebagai sutradara dan sebagai … penulis cukup berhasil mengangkat realitas sosial ini dengan pas. Memang, ending film ini kurang memuaskan menurut saya. Tidak memberikan solusi yang jelas, tuntas, dan nyata bisa diaplikasikan. Kalau tidak salah, film ini lalu menyerahkan kepada hati nurani masing-masing tentang keputusan yang akan diambil.
Tetapi setelah saya pikir, mungkin itu bukan kesalahan film ini. Dalam kenyataan di masyarakat masalah seperti ini memang belum bisa (dan mungkin tidak akan pernah bisa) diselesaikan secara tuntas. Apalagi dengan win-win solution antara kedua belah pihak. Kunci penyebabnya adalah: aturan dalam setiap agama (khususnya Islam) untuk menikah hanya dengan orang yang seiman. Orang-orang di film ini, saya, dan anda semua pembaca nampaknya memang tak akan pernah menemukan 1 titik sepakat untuk masalah perkawinan beda agama. Akhirnya semuanya tergantung hati nurani, dan pemahaman kita terhadap agama.
Mungkin memang film ini dibuat tanpa maksud memberikan solusi praktis, tetapi hanya menyajikan sebuah realitas sosial. Jadi mungkin cara terbaik memandang film ini adalah dengan menganggapnya sebagai media pengasah kebijakan kita—cermin untuk merefleksi diri, serta sebagai hiburan semata. Bagi kita sebagai calon filmmaker, jadikan film ini juga sebagai sarana belajar. Bagaimana Hanung bisa menyajikan jalinan cerita yang indah, mengaduk emosi, mengundang simpati sehingga menjadikan Cinta Tapi Beda tontonan yang berkelas. 4 dari 5 bintang saya sematkan untuk film ini.

Sobat Filmholic,..
3 film diatas adalah bagian dari 86 film nasional yang diproduksi tahun 2012 yang lalu (filmindonesia.or.id). Mungkin sedikit meningkat dari tahun sebelumnya. Mohon maaf, karena situs resmi tentang masalah ini susah sekali didapat :-( 

Cukup banyak yang bagus. 
Saya berharap dalam optimisme, bahwa film Indonesia akan terus meningkat hingga benar-benar menjadi tuan rumah di negeri sendiri, serta memenangi festival-festival bergengsi di luar negeri.
Untuk 2013 saya pribadi menunggu film-film seperti Berandals (sekuel The Raid), The Mine, Java Heat, Gending Sriwijaya dan sebuah film biopic Sukarno.

Mari kita berdoa agar hal tersebut benar terjadi, sobat filmholic. Serta agar kita menjadi bagian dari kebangkitan film anak bangsa ini. Amin..!