Senin, 29 April 2019

Teknologi CGI dan Proses Pembuatan THANOS


Guys.. udah lihat Avengers:Endgame yang lagi rame di bioskop sekarang?
Atau kalo belum, pasti pernah lihat lah ya film2 blockbuster lain, yang dulu-dulu..
Sungguh mengagumkan ya, menyaksikan kemajuan teknologi animasi. Membuat visualisasi sedemikian indahnya atas apapun, yang dulu cuma ada di alam fantasi manusia.
Robot-robot raksasa yang bisa bergerak dan berbicara layaknya manusia, dinosaurus yang seolah sudah bangkit dari kepunahannya, para superhero yang bisa terbang dengan segala kedigdayaannya, dsb..
Kali ini kami coba sedikit bahas mengenai teknologi CGI atau Computer Generated Imagery.
Makanan apaan sih CGI?
Ya itu, teknologi yang dipakai untuk membuat keajaiban visual itu adalah CGI.
Singkatnya, CGI adalah penerapan grafis komputer dalam pembuatan berbagai bentuk seni visual. Bisa film, video game, iklan, acara televisi dsb.
Seringnya CGI merujuk kepada pembuatan adegan atau efek khusus dalam film atau acara televisi dalam bentuk 3 dimensi, walaupun CGI juga bisa dalam bentuk 2 dimensi.

Awal penggunaan dan perkembangannya
Animasi komputer dalam film dimulai pada 1970-an ketika efek visual dan animasi pendek dibuat menggunakan layering gambar 2D.
Pada tahun 1972 pendiri Pixar, Ed Catmull dan Fred Park, menciptakan prototipe pertama dari tangan 3D yang dibuat secara digital. Mereka menunjukkan hal tersebut dalam sebuah film pendek berjudul ‘A Computer Animated Hand’. Teknologi yang digunakan untuk membuat animasi tersebut menjadi dasar penting dalam perkembangan animasi komputer.

Pada tahun 1993 kita menyaksikan momen ajaib dalam sejarah film yang dihasilkan komputer, yaitu dengan penayangan film yang betul2 menampilkan dinosaurus persis seperti aslinya. Jurassic Park adalah film CGI 'bertekstur fisik' pertama, yang berarti dinosaurus itu tampil sangat realistis di layar.

Tim dari rumah produksi visual effect ILM mulai dengan menggambar desain dan prosthetics dari dinosaurus sebelum memindai mereka ke komputer. Perangkat lunak animasi digunakan untuk menunjukkan dan memanipulasi gerakan tangan dan kaki sebelum tekstur kulit dinosaurus dilukis/digambar. Setelah gambar terpisah ini disatukan, barulah dinosaurus ini ditempatkan dalam sebuah adegan dan dikombinasikan dengan aksi-aksi live dari para pemerannya.


Sampai akhir 1990-an CGI digunakan tidak dalam porsi penuh, maksudnya hanya dipakai untuk melengkapi sebuah film live action. Tetapi pada tahun 1995 Toy Story menjadi film pertama yang menggunakan CGI sepenuhnya. Dengan hanya tim kecil animator, semua karakter mainan seolah menjadi hidup kembali. Pixar mengikuti proyek terobosan ini dengan film-film seperti Monsters Inc., Finding Nemo, dll

CGI yang menciptakan adegan dari sejarah.
CGI kemudian digunakan lebih luas lagi untuk membuat film-film berlatar sejarah, menghidupkan kembali peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau lengkap dengan ciri khas zamannya. Seperti di film Pearl Harbor pada 2001 dimana ditampilkan serangan Jepang di pangkalan angkatan laut AS dengan begitu realistiknya.

Motion capture.
Awal tahun 2000an CGI berkembang lebih pesat lagi dengan penggunaan teknik motion capture, yaitu teknik yang digunakan untuk merekam gerakan yang dilakukan oleh benda atau orang. Bisa gerakan fisik maupun ekspresi wajah. Karakter pertama yang dikreasikan dengan motion capture ini adalah Gollum, dalam film Peter Jackson tahun 2001, Lord of the Rings.

Selanjutnya film-film memorable untuk penggunaan CGI antara lain Avatar, Life of Pi, franchise Transformers, film-film superhero DC maupun Marvel. Hingga sekarang teknologi CGI masih dan akan terus berkembang seiring perkembangan teknologi komputer.

Bagaimana proses pembuatan CGI ini?
CGI di kreasikan oleh para ahli efek khusus, menggunakan beragam software seperti Autodesk Maya, Autodesk 3DS Max, Houdini, Blender, zBrush, dsb.

Untuk membuat karakter Thanos, pertama dilakukan dengan menggambarnya dan ‘membentuknya’ (ibarat seorang pematung membentuk patung dengan tanah liat) di software zBrush, hingga didapatlah model 3 dimensi sosok Thanos. Detail tekstur kemudian ditambahkan. Mulai dari kerutan, kekasaran, dst. Sehingga didapatlah hasil yang sangat mirip dengan sosok manusia.

Sementara itu Josh Brolin sang pemeran Thanos akan dipakaikan kostum khusus yang disebut motion capture bodysuit, dimana di kostum tersebut sudah diberi penanda-penanda untuk keperluan tracking atau pelacakan gerakan oleh komputer.
Lalu dia juga akan mengenakan helm dengan dua kamera HD yang disusun secara vertikal. Kamera2 tersebut akan menangkap gambar pada 60 frame per detik. Wajah Josh juga akan diberi titk-titik hitam sebagai penanda tracking.

Dengan mengenakan pakaian dan helm tersebutlah Josh akan beradu akting dengan para pemeran yang lain. Disebabkan tubuh Thanos yang digambarkan cukup jauh melebihi tinggi badan pemeran lainnya (kecuali Hulk), maka sebagai panduan bagi para lawan mainnya saat berdialog, di punggung Josh ditempatkan tongkat yang panjang. Jadi saat berbicara dengan Thanos, para aktor bisa menatap ujung atas tongkat tersebut.

Setelah proses motion capture selesai, hasilnya lalu digabungkan/dimasukkan ke model 3D tadi. Hasilnya lalu disempurnakan di tahap pasca produksi.

Biaya Produksi CGI
Eksekutif Sony Pictures, Penny Finkelman Cox mengatakan bahwa dibutuhkan 400 pekerja visual (yang bekerja) selama empat tahun untuk membawa (film) 2D ke bioskop. Sedangkan dengan CGI hanya membutuhkan setengah dari jumlah itu dan hanya membutuhkan tiga tahun untuk membuat film tersebut. Hasilnya, film digital umumnya memakan biaya sampai sebesar $80 juta, sedangkan film animasi tradisional dibutuhkan $150 juta. Lebih murah (tapi tetap saja biaya yang besar ya)
Dua hal yang membuat CGI mahal ialah biaya untuk membayar para ahli efek visual yang jumlahnya banyak, lalu waktu pengerjaan yang tidak bisa sebentar. Butuh waktu yang lama untuk membuat efek visual komputer yang hebat. Kombinasi jumlah ahli dan waktu produksi yang lama itulah yang membuat biaya produksi film-film ber-CGI mahal. Menurut laporan Forbes, sebuah film dengan 150 hingga 250 efek visual dengan 1 efek visualnya berdurasi 5 detik, setiap 1 efeknya membutuhkan biaya antara $70 ribu hingga $100 ribu. Film Hollywood berjudul Pirates of the Caribbean: At World’s End misalnya, memakan biaya senilai $1 juta per menit untuk membiayai efek visual komputer.

Perangkat Kerja Yang DAHSYAT
Menurut informasi dari Dave Clayton, penasihat animasi rumah produksi efek visual Weta Digital, dibutuhkan teknologi “raksasa” untuk membuat efek CGI. Pada awal tahun 2000an saja, saat pembuatan LOTR: The Return of The King, untuk memproses (efek CGI) rumah produksinya membutuhkan sekitar 2.300 CPU (Central Processing Unit) dan RAM bertenaga 5 terabytes.
10an tahun kemudian saat memproduksi The Hobbit: Desolation of Smaug, dibutuhkan 50.000 CPU dan RAM 170 terabytes. Itu semua setara dengan gabungan dari 30.000 laptop standard.

Dahsyatnya nggak kira-kira ya..!

Jadi, jelas bahwa penggunaan teknologi CGI bukanlah hal yang murah. Namun, film-film Hollywood tetap memakai teknologi ini disebabkan hasilnya yang mengagumkan, sehingga pada akhirnya kesuksesan penjualan bisa tercapai. 

Untuk film-film Indonesia, sudah ada lho yang memakai teknologi CGI ini. Sebagian diantaranya adalah bangkit!, Comic 8: Casino Kings Part 1 (2015) dan Part 2 (2016), Rafathar the Movie (2017) sampai The Raid 1 (2011) dan 2 (2014). Tentu belum sebagus film-film Hollywood ya. Tapi maklum lah, secara bujet juga ibarat langit dan bumi. Jadi, tetap patut untuk diapresiasi..
Demikian pembahasan singkat seputar teknologi CGI.

Thanks for reading.. 🙏🙏

Kamis, 25 April 2019

MARVEL CINEMATIC UNIVERSE, Jagad Raya-nya Para Pahlawan Super

FandomWire
Hello guys..
Masih tentang film Avengers: Endgame nih!

Seiring hebohnya pemberitaan film Avegers: Endgame saat ini, kemungkinan besar kalian pernah sesekali mendengar tentang istilah Marvel Cinematic Universe (MCU).
Apaan sih arti istilah itu?
Penting nggak sih untuk diketahui sebelum (maupun sesudah) kita nonton Avengers: Endgame?
Well, penting nggak penting sih ya.
Tergantung derajat kefanatikan kalian terhadap film-film superhero Marvel. 😁

Tapi tentu, akan jauh lebih yahud kalo kalian mengerti apa MCU itu. Membuat pemahaman kalian terhadap kisah Avengers: Endgame menjadi lebih lengkap, sehingga menonton pun akan jadi lebih asyik.

Oke, kami coba bahas secara ringkas dan ‘bebas’ ya..
Marvel Cinematic Universe atau MCU adalah sebuah universe/dunia rekaan tempat para superhero keluaran Marvel dikisahkan hidup dan berjuang menegakkan keadilan, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Dalam universe ini peristiwa-peristiwa yang terjadi dan dialami oleh para superhero saling tertaut satu sama lain.
Jadi seperti dunia nyata ya, dimana semua manusia menjalani hidupnya sendiri-sendiri, tetapi tentu kehidupan mereka saling tertaut satu sama lain, antara satu manusia dengan manusia lainnya.
Sebagian besar lokasi dalam MCU mencerminkan tempat-tempat yang memang ada di kehidupan nyata. Banyak karakter utama berbasis di New York City.

Tidak cuma dalam hal kehidupan di jagad fiktif tersebut, MCU juga berarti satu kesatuan sistem bisnis yang berfokus/berinti pada penjualan cerita superhero-superhero Marvel dalam berbagai bentuknya. Baik itu film bioskop, serial televisi, film pendek, buku komik, tayangan di kanal-kanal digital, dll.

MCU ini digagas sekitar tahun 2006-2007 oleh Kevin Feige, seorang produser film yang belakangan menjadi presiden dari Marvel Studios. Ia terinspirasi oleh apa yang dilakukan oleh Stan Lee dan Jack Kirby di dunia komik pada awal 1960an dengan Marvel Universe. 

Untuk film bioskop, ada 4 fase dari MCU ini.
Fase pertama terdiri dari 
üIron Man (2008)
üThe Incredible Hulk (2008),
üIron Man 2(2010),
üThor (2011),
üCaptain America: The First Avenger (2011)
üThe Avengers (2012)

Fase kedua terdiri dari
üIron Man 3 (2013),
üThor: The Dark World (2013),
üCaptain America: The Winter Soldier (2014),
üGuardians of the Galaxy (2014),
üAvengers: Age of Ultron (2015) hingga
üAnt-Man (2015).

Fase ketiga terdiri dari
üCaptain America: Civil War (2016),
üDoctor Strange (2016),
üGuardians of the Galaxy Vol. 2 (2017),
üSpider-Man: Homecoming (2017),
üThor: Ragnarok (2017),
üBlack Panther (2018),
üAvengers: Infinity War (2018),
üAnt-Man and the Wasp (2018),
üCaptain Marvel (2019),
ü Avengers: Endgame (2019), dan
üSpider-Man: Far From Home (2019)
Secara keseluruhan, ketiga fase itu dinamakan The Infinity Saga.

Sedangkan fase keempat adalah film Shang Chi dan 2 film lain yang semuanya masih dalam tahap pengembangan.

Marvel Television memperluas universe ini, pertama ke jaringan televisi dengan Marvel's Agents of S.H.I.E.L.D. di ABC, diikuti dengan streaming online dengan Marvel's Daredevil di Netflix pada 2015 dan web TV series Marvel's Runaways di Hulu pada 2017, dan kemudian ke televisi kabel dengan Marvel's Cloak & Dagger on Freeform pada 2018. Marvel Television juga telah menghasilkan seri digital Agen Marvel dari SHIELD: Slingshot. MCU juga menyertakan komik yang diterbitkan oleh Marvel Comics, sementara Marvel Studios juga memproduksi serangkaian film pendek direct to video yang diberi nama Marvel One Shot’s. Selain itu ada pula serial video WHIH Newsfront yang diputar di Youtube, yaitu sebuah tayangan berita rekaan (seolah-olah berita asli seperti tayangan stasiun2 televisi), untuk keperluan iklan film.

MS Poweruser

Adapun para tokoh yang hidup dalam alam fiksi MCU antara lain adalah:
Captain America, Iron Man, Hulk, Thor, Spider-Man, Black Panther, Doctor Strange, Wolverine, Silver Surfer, Daredevil, Ghost Rider, Punisher dan Deadpool, tim-tim seperti Avengers, X-Men, the Fantastic Four, Midnight Sons, the Defenders, dan Guardians of the Galaxy.
Disamping mereka, sebagai karakter antagonis atau supervillain adalah Galactus, Thanos, Doctor Doom, Magneto, Ultron, Green Goblin, Red Skull, Loki, Doctor Octopus dan Venom.

Sampai saat ini, MCU adalah franchise film terlaris sepanjang masa, setelah meraup lebih dari $ 18,7 miliar di box office global. 😲😲

Demikian tentang Marvel Cinematic Universe.
Semoga Gundala dkk superhero Indonesia bisa dibuatkan juga universe seperti ini ya. Pasti seru..

Thanks for reading.. 🙏😊

Rabu, 24 April 2019

Review AVENGERS: ENDGAME, 3 Jam Mega Kolosal Yang Memuaskan..

Avengers: Infinity Wars menghadirkan ending yang membuat penonton sangat geregetan. Sedih, gelisah sekaligus marah bahkan mungkin putus asa melihat betapa para pahlawan super yang biasanya menang melawan musuh-musuh mereka yang tangguh, kini harus kalah telak tak berdaya.
Itulah tentu yang membuat Avengers: Endgame dibanjiri penonton pada tayangan perdananya kemarin di bioskop, 24 April 2019. Para penonton tak sabar melihat kebangkitan Tony Stark dkk untuk menghajar Thanos sang raksasa super biang pemusnahan massal jutaan makhluk itu.

Apakah kesabaran penonton akhirnya terbayar?
Skenario apakah yang dijalankan tim Avengers - ditengah rasa frustrasi dan kedukaan akibat kekalahan yang dahsyat itu - untuk memukul balik sang Mad Titan?

Well, tentunya nggak asyik dan nggak adil rasanya bagi anda kalau kami memberikan bocoran. 😉
Banyak hal yang tak kalah menarik sebagai gantinya, untuk dibahas. Salah satunya, tentang bagaimana suasana batin para Avenger saat menghadapi kekalahan yang menyakitkan, dan bagaimana mereka kemudian bisa mengatasinya bersama-sama.

CERITA
Hal itu memang menjadi premis utama Avenger: Endgame ini.
Bagaimana para superhero harus bisa menghadapi masa-masa sulit usai Thanos membasmi separuh populasi bumi. Bagaimana mereka harus bisa lepas dari perangkap depresi berat akibat kekalahan, dan ketidakberdayaan melakukan pembalasan.
Kisah perjuangan itu terasa sangat menyentuh. Mengingatkan kita bahwa dibalik segala kedigdayaan para superhero itu, mereka tetaplah makhluk-makhluk tidak sempurna yang punya kelemahan manusiawi. 😟

Kalau dibandingkan dengan film-film Avengers terdahulu, unsur drama di film 'Avengers: Endgame' ini memang terasa lebih kental. Walaupun tak melulu serius, ada juga humor segar yang diselipkan dengan cerdas sehingga mengundang tawa di tengah jalan cerita yang serius dan nyaris kelam. Diselipkan juga beberapa adegan nostalgia, yang mampu membuat para fans film ini menitikkan air mata haru.
Sutradara Russo brothers sukses membangkitkan kembali emosi-emosi yang dirasakan penonton pada ending Infinity War dahulu.

Emosi-emosi itu dioptimalkan, dinaik turunkan layaknya roller coaster dengan puncaknya di penghujung film dimana emosi disuguhkan benar-benar menggetarkan penonton.

Hal yang tak kalah menarik, di hampir setiap setengah jam selalu ada adegan-adegan yang bisa membuat kita terpukau. Membuat seisi bioskop kagum dan bertepuk tangan. Tak percaya? Buktikan sendiri.. 😉

Beberapa twist yang tak pernah terduga juga bertebaran di sepanjang film. Walaupun ada beberapa trailer yang ditayangkan Marvel Studios, tetap tak tertebak jalan cerita sebenarnya dalam film.

AKTING PEMERAN
Seperti kami singgung diatas, Avengers: Endgame menghadirkan unsur drama yang lebih kental dibanding film-film sebelumnya. Hal ini mengakibatkan eksplorasi akting para pemain lebih terlihat, dan ini semakin menunjukkan kualitas film ini. Kepedihan, putus asa, dan rasa depresi misalnya, bisa diekspresikan dengan baik oleh para superhero. Totalitas Downey Jr. yang merelakan tubuhnya menjadi ceking, saat Tony Stark yang diperankannya terkatung-katung di luar angkasa selama berhari-hari dalam kondisi frustrasi. Thor menjadi pendiam, bahkan Natasha Romanoff yang seorang pembunuh berdarah dingin pun menitikkan air mata. Begitupun semua karakter yang lain, begitu total berperan.

ADEGAN LAGA
Adegan-adegan laga dihadirkan dengan begitu dahsyat. Keras sekaligus indah, mengundang decak kagum akan keseruannya. Bila kalian merasa adegan laga di Infinity War luar biasa, harus kalian bandingkan dengan Endgame ini. Jelas, lebih dahsyat..


EFEK VISUAL
Ini menjadi kekuatan penting Endgame. Ratusan adegan CGI dan adegan-adegan berefek visual canggih begitu memperkaya tampilan visual sehingga terkesan ‘wah’.
Bisa dibilang melebihi ekspektasi fans yang sudah terlanjur tinggi. Nyaris nggak bisa diketemukan kekurangan dalam seluruh efek visualnya. Sedikit mungkin, hanya pada sosok Thanos dan Hulk yang masih kelihatan kurang natural. Gerakan maupun tampilan fisiknya masih sedikit kelihatan sebagai makhluk rekaan animasi. Tapi overall, kami berani bilang 99.99% sempurna. 😲

KELEMAHAN
Sehebat apapun nampaknya sebuah karya, pastilah bisa ditemukan detail yang terasa kurang sempurna. Begitupun di film ini. Dalam 1 jam pertama misalnya, terasa pembangunan cerita yang agak bertele-tele. Ada beberapa adegan yang seharusnya bisa dipangkas durasinya. Mungkin memang dibuat demikian agar penonton bisa lebih memahami situasi para karakter. Namun tetap saja, adegan-adegan tersebut seharusnya bisa lebih dipersingkat tanpa mengurangi bobot pesan yang hendak disampaikan.
Yang lain.. apa ya? 😅
Jujur, susah menemukan kelemahan film berbujet 300an juta dollar ini. Setiap aspek film nampak tergarap dengan begitu hebatnya. Sampai-sampai waktu 3 jam 2 menit sukses terlalui dengan tanpa bosan.  

TEROBOSAN BARU MARVEL
Biasanya film2 Marvel terasa lebih ringan, berbeda dengan film2 superhero DC yang biasanya lebih 'berat' atau lebih kelam. Namun hal itu tidak akan kita temukan di Avengers: Endgame. Nampaknya pihak Marvel hendak mengubah pakem itu demi lebih mengangkat kualitas filmnya, dan itu jelas merupakan skenario yang sangat tepat dan cerdas di film ini. Di sepanjang film duo sutradara Russo brothers begitu mahir menarik ulur emosi penonton. Merajut adegan demi adegan dengan sedemikian rapi, menyulam detail demi detail cerita sedemikian rupa sehingga emosi penonton terbangun dan tergiring hingga klimaks di penghujung film. Terbukti kata Downey jr. bahwa delapan menit terakhir dari Avengers: Endgame adalah bagian terbaik dari keseluruhan film ini.
Luar biasa! 👍😲

JADI..
Avengers: Endgame jelas merupakan salah satu film terbaik yang pernah diproduksi Hollywood. Sebagai film kolosal yang penuh adegan berefek visual canggih dan CGI, film ini tetap dapat mempertahankan kualitas drama yang kuat, sekaligus menyentuh emosi. Suatu hal yang tak semua film bergenre sama berhasil melakukannya. Selain itu, Avengers: Endgame juga dengan apik menuntaskan rangkaian cerita yang terbangun dalam 22 film Marvel Cinematic Universe sejak Iron Man (2008), sekaligus juga memberikan permulaan yang segar bagi cerita baru dalam jagad rekaan tersebut. Sungguh sebuah kerja yang bagus dari Anthony & Joe Russo serta segenap insan yang terlibat dalam produksi film ini. 

So, sobat film mania, demikian review singkat film Avengers: Endgame.
Kami sarankan menyempatkan waktu untuk menonton karya besar ini. Apalagi di bioskop-bioskop IMAX yang memberikan sensasi menonton yang lebih dahsyat. 😅


Semoga bermanfaat, & terima kasih telah membaca... 

Selasa, 23 April 2019

7 Fakta Keren AVENGERS: ENDGAME


24 April ini adalah tanggal yang sangat dinantikan oleh para fans film superhero kolosal Avengers. Di tanggal inilah seri terakhir dari film-film Avengers tayang di bioskop-bioskop tanah air, Avengers: Endgame. Para fans penasaran tentang bagaimana Iron Man cs. Mengalahkan Thanos, raksasa kejam pembasmi jutaan makhluk yang saktinya luar biasa itu. Rasa penasaran itulah yang mengakibatkan bioskop-bioskop memperbanyak slot pemutaran perdana mega blockbuster ini. Salah satu jaringan bioskop ternama  nasional yaitu Cinemaxx bahkan membuka pintu teater mereka sejak jam 5 pagi!, serta 24 jam non stop untuk 24 April dan 25 April 2019. 

Dahsyat!!!.. 😃

Melengkapi euforia itu, tak ada salahnya bagi kita para film mania mengetahui sedikit kisah-kisah dibalik layar film-film berbujet 300an juta dollar ini. Khususnya kita, para filmmaking mania. Agar kita semakin menyadari betapa tidak mudahnya menggarap film mega kolosal nan kompleks dengan segudang bakat besar didalamnya itu.
Nah, berikut ini kami rangkumkan sebagian kisah-kisah menarik dibalik layar produksi film-film franchise Avengers..

1. Mark Ruffalo adalah pemeran cadangan
Dalam film-film Marvel Cinematic Universe (MCU), Bruce Banner telah diperankan oleh tiga aktor berbeda: Eric Bana di Hulk 2003, Ed Norton di 2008 The Incredible Hulk dan Mark Ruffalo di Avengers 2012. Ruffalo telah menjadi pemeran Banner yang hebat, tetapi prosesnya dalam mendapatkan peran itu tidaklah mulus sama sekali.
Ruffalo telah mengikuti audisi untuk peran itu pada 2008, tetapi kalah dari Norton. Sebenarnya, Norton seharusnya terus bermain Hulk sepanjang seri tetapi ada masalah di balik layar. Menurut laporan, Norton menginginkan peran yang lebih langsung dengan Incredible Hulk, berniat menulis ulang skrip dan bahkan mendorong untuk terlibat dalam penyuntingan akhir. Studio menolak, Norton pun lalu digantikan oleh Ruffalo.

2. Tubuh Hulk dibuat dengan model seorang penari ‘dewasa’ (stripper)
newsday
Saat Ruffalo melakukan syuting untuk keperluan animasi visualisasi fisik raksasa Hulk (motion capture) di Avengers, ia tidak benar-benar memiliki tubuh yang dicari Marvel. Bukannya Ruffalo gemuk, tetapi ia tidak memiliki kerangka tubuh berotot besar seperti Hulk. Saat hendak membuat model yang dibuat komputer untuk Hulk, studio lalu memutuskan menggunakan orang lain yang tubuhnya dianggap lebih cocok: seorang penari ‘dewasa’ laki-laki; Steve Romm. 😜

Steve Romm adalah seorang binaragawan, bodyguard, dan penari ‘dewasa’ yang pada awalnya disewa oleh studio untuk memerankan prajurit tak dikenal di Avengers. Setelah melihat tubuhnya yang sangat kekar dan tinggi, studio memutuskan memilihnya. Jadilah setiap hari, tubuh Romm dicat semprot hijau untuk membuat model 3 dimensi dengan wajah Ruffalo.

3. Shawarma, idenya Iron Man
Jika ada satu makanan yang dikaitkan dengan Avengers, itu adalah shawarma. Yaitu sebuah makanan khas Arab mirip kebab, yang terdiri dari daging dan roti. Gara-garanya adalah after credit scene film The Avengers (2012) yang menampilkan semua anggota Avengers sedang makan shawarma. Ini bukan rencana dari pihak Marvel untuk meningkatkan penjualan shawarma, tetapi buah kreativitas iseng dari Downey Jr.

Dalam naskah aslinya, Iron Man seharusnya mengatakan "What's next?" atau "apa selanjutnya?", tetapi Downey Jr berpikir mereka membutuhkan dialog yang lebih baik. Ia lalu berimprovisasi dengan menanyakan apakah mereka bisa mendapatkan shawarma. Whedon sang sutradara lantas berpikir untuk menambahkan adegan dengan Avengers yang benar-benar sedang makan shawarma. Sayangnya semua aktor telah pindah ke proyek film lain. Jadi Whedon terpaksa harus mengumpulkan mereka semua di satu kesempatan khusus, untuk shooting hanya satu adegan ini. Chris Evans yang sudah berjanggut terpaksa harus memakai rahang palsu/prosthetic untuk menyembunyikan janggutnya tersebut.

4. Kostumnya panas!
Jika ada dua kata yang dapat digunakan untuk menggambarkan kostum Avengers, itu adalah "keren" tapi sekaligus "panas." Keren karena kostum mereka terlihat sangat bagus dan cukup cocok dengan komik, tetapi juga panas karena sering membuat para aktor berkeringat dan tidak nyaman saat mengenakannya.

Scarlett Johansson mengatakan bahwa saking panas kostum yang ia kenakan, pada satu titik dia mulai berhalusinasi. Tom Hiddleston berkata bahwa kostum Loki dari logamnya tidak membiarkan udara masuk, dan helm yang berat itu memerangkap panas yang lebih besar lagi sampai dia merasa otaknya seolah sedang dimasak. Chris Hemsworth lain lagi. Ia mengatakan bahwa ia mengenakan kaos di bawah kostum Thor-nya sehingga dia bisa menyisipkan selang disana, yang bekerja seperti pendingin udara.

5. Syuting Avengers: Infinity War dan Avengers: Endgame dilakukan secara back to back
Back to back maksudnya, memperlakukan produksi beberapa film sebagai satu kesatuan produksi, seperti sedang memproduksi 1 film.
Alasannya demi efisiensi waktu, biaya dan supaya lebih menjamin ketersediaan waktu para pemerannya. 2 film terakhir Avengers di syut dalam rentang waktu yang berurutan. Produksi Avengers: Infinity War dimulai pada 23 Januari, dan berakhir pada 14 Juli 2017. Sedangkan pembuatan Film Avengers: Endgame dimulai pada 10 Agustus 2017 dan berakhir pada 11 Januari 2018. Lokasi syuting utamanya di Pinewood Atlanta Studios di Fayette County, Georgia, lalu berlanjut di beberapa tempat lain seperti di Skotlandia, Inggris, area Downtown Atlanta, dan Kota New York.

6. Avengers: Infinity War dan Avengers: Endgame adalah film Hollywood pertama yang keseluruhannya di syut dengan kamera digital IMAX.
The Drum
IMAX (bahasa Inggris: Image Maximum) adalah sebuah proyeksi film yang memiliki kemampuan menampilkan gambar dengan ukuran dan resolusi yang lebih besar dari film konvensional lainnya. Standar layar IMAX adalah 22 meter lebar dan 16 meter panjang (72,6 x 52,8 kaki), namun bisa lebih besar lagi. IMAX adalah format film khusus yang sukses. IMAX adalah Proyek Standar Perfilman yang dibuat oleh perusahaan Kanada, IMAX Corporation. Oh ya, sistem audio IMAX juga yahud, akan berasa lebih menggelegar sehingga memuaskan indera dengar kita.

7. Avengers: Endgame memiliki 3000 shot yang menggunakan visual effects.
Shot-shot sebanyak itu, visual effect nya dikerjakan oleh tak kurang dari 12 studio animasi. Studio-studio tersebut adalah ILM (Industrial Light & Magic), Weta Digital, DNEG, Framestore, Cinesite, Digital Domain, Rise, Lola VFX, Cantina Creative, Capital T, Technicolor VFX, dan Territory Studio. Dari 3000 shot, 400 diantaranya adalah shot karakter Thanos yang dikerjakan oleh Digital Domain.

Dear film mania, demikian secuplik kisah seputar Avengers: Endgame.
Sebagai 'pemanasan' lah sebelum nonton Endgame. 😋
Namun, pemanasan yang 'seharusnya' mungkin dengan menonton 21 film MCU terdahulu. 😂
Agar kalian nggak bingung dengan film pamungkas yang kabarnya akan berdurasi 3 jam 2 menit ini. Atau kalau kalian tak ada waktu, minimal dengan membaca sinopsis film-film tersebut. Sebab dengan waktu tayang yang amat panjang dan karakter yang seabreg-abreg ini, ada kemungkinan kita akan-minimal-sedikit bingung dalam mencerna kisahnya.

So.. semoga bermanfaat & selamat menonton..!