Selasa, 14 Desember 2010

SETENGAH HATI

Hai filmmaker mania...

Hari ini saya menemukan artikel bagus karya mas Raya Fahreza yang pas sekali menggambarkan spirit sebagian produser film nasional kita. Silahkan baca, hingga kita bisa mengerti alasan kenapa satu tema/genre film tertentu bisa merajai layar bioskop kita selama bertahun-tahun (!)

Berikut artikelnya:

Alkisah, jagoan kita seorang penulis muda menemui Pak Bos, sang produser eksekutif, untuk mengajukan skenario yang selama ini menjadi obsesinya. Bosan menulis genre yang sudah-sudah, kali ini penulis kita membuat yang beda. Ceritanya ia ingin sekali menunjukkan bahwa ia bukan cuma penulis cerita pocong dan kuntilanak. Dan karena Pak Bos ini kemaren sering bilang, “Ayo dong, kita bikin yang beda, yang baru,” penulis kita jadi merasa nggak terlalu muluk untuk mengajukan sebuah psychological thriller tentang makhluk luar angkasa yang mendarat di Jakarta dalam misi untuk menguasai bumi. Ahem. Oke deh.

Fast forward ke kantor sang produser, penulis kita sudah di sana. Karena mood mungkin sedang bersemangat, bos kita manggut-manggut membaca sinopsis yang diajukan.

“Bagus nih, menarik, belum ada kan film kita tema beginian?”

Ah. Tema beginian. Nggak apa, minimal dia lihat bedanya. Penulis kita tersenyum.

“Pastinya belum ada, Pak. Makanya, kan Bapak minta yang beda, nah ini usulan saya, dan kalau Bapak baca, ini sebetulnya genre psychological thriller, saya pingin seperti film David Lyn-...”

Belum selesai penulis kita bicara, Pak Bos sudah memotong lagi.

“Tapi ini mesti di… Apa tuh namanya, localize gitu, Mas. Penonton kita itu belum biasa kan sama tema alien-alien gini.”

Sudah menduga, penulis kita dengan yakin menyambut masukan Pak Bos.

“Setuju sekali, Pak. Saya kepikiran gitu juga, dan sama temen-temen udah riset tentang hal-hal sekitar UFO atau alien di Indonesia, ternyata banyak Pak, cerita-cerita tentang ini.”
“...intinya kan makhluk jadi-jadian lebih dekat sama budaya kita, tapi kan kamu bisa campurin unsur alien-nya di situ.”


Sambil berlanjut cerita, penulis kita menyerahkan kliping hasil print out keren berbagai artikel tentang UFO di Indonesia hasil browsing di internet. Dari artikel berita, blog, foto, sampai diskusi Kaskus lengkap di kliping itu. Cukup meyakinkan. Pak Bos melihat-lihat tiap lembar, ekspresinya tidak terlalu tertarik, manggut-manggut dan akhirnya mengutarakan pendapatnya.

“Ada juga ya rupanya, Mas. Tapi saya rasa mending kita bikin jadi ada hubungannya ke yang tradisional.”

Tradisional. Penulis kita mikir, lalu sambil tetap tersenyum dan percaya diri bertanya. Pembahasan yang sesungguhnya pun dimulai.

“Tradisional gimana pak? Maksudnya jangan terlalu modern?”
“Ya tradisional, kita bawa ke yang udah akrab sama masyarakat, kan banyak cerita makhluk-makhluk serem yang pernah kedengeran.”
“Ngg… Makhluk serem, tapi bukan klenik kan pak?”
“Yah, apalah namanya istilahnya, intinya kan makhluk jadi-jadian lebih dekat sama budaya kita, tapi kan kamu bisa campurin unsur alien-nya di situ”.
“Nggak malah jadinya horor lagi ya, pak? Saya kira kemaren bapak pengen yang beda.”
“Ooooh, nggak, ini tetep beda, saya suka konsepnya, cuma kita mesti bikin untuk pasar.”

Pasar. Mampus.

Penulis tersenyum manyun karena sudah bisa melihat arahnya ke mana. Mending coba cek dulu, seberapa serius pak bos untuk bikin yang beda. Saatnya bertanya soal budget. Pak Bos juga tahu pasti bakal butuh anggaran lebih untuk special efffects dan segala macemnya. Tapi belum sempat nanya, Pak Bos sudah ngomong duluan.

“Dan karena ini gambling banget, saya juga budgetnya nggak mau gede-gede ya.”

Dengan sigap penulis menyambut. Harus cerdik, bandingkan dengan film besar, supaya nggak terkesan mahal.

“Oh nggak kok Pak, nggak lah, jauh dibanding bikin film kolosal tentang sejarah atau perang kemerdekaan. Ini saya perkirakan cukup enam mil-…”

“Saya maunya kita bikin yang 300 ribu penonton udah aman balik modal. Budget sekitar 2 M lah. Jadi nanti nggak usahlah bikin scene-scene gede, terus efek yang simpel aja, yang penting orang tahu – ooh ini filem orang planet.”

Filem orang planet. Belum mau langsung menyerah, penulis kita masih berusaha. Dikit.

“Mmm… Sayang dong, Pak. Masak kayak efek di sinetron Jin dan Jun, he he he…”
“Nggak segitunya lah. Lagian Mas juga ngerti kan. Lihat kondisi perfilman tahun ini, sekarang dapet 300 ribu penonton aja udah sukur. Sementara ini bukan tie pasar, gambling saya makin gede dong, ya jangan mahal-mahal lah produksinya ya.”.
“Oke… Tapi dari sisi genre psychological thrillernya, Bapak oke ya.”.
“Yang penting bikin banyak adegan yang bikin kaget gitu. Juga sexy dikit.”.

Penulis kita tersenyum. Menunduk sebentar, menarik napas, lalu melanjutkan.

“Gimana kalau judulnya Godaan Alien Jadi-jadian.”.
“Cakep.”.

Yak, kita pun kembali dari nol.


Sumber


Hahaha... saya ngakak abis membaca tulisan ini. Boleh dong, kita percaya sama mas Raya  yang udah terjun langsung sebagai praktisi.. Gimana dunia film kita mau maju ya.. :-(

Bagi para filmmaker mania, terus berjuang yuk, untuk masuk ke dunia professional filmmaking Indonesia.
dan buat layar-layar bioskop kita lebih 'berwarna' dengan beragam genre yang menghibur & membangun. Semangat !!!

0 komentar:

Posting Komentar