Selasa, 04 Desember 2018

COLORIST FILM, Apa Manfaatnya?

Apa sih Colorist itu?
Sinetron, FTV dan Film layar lebar adalah sarana paling mudah untuk menggambarkan peran seorang Colorist. Coba, Anda perbandingkan ketiganya. Apakah ada perbedaan dalam warna visual 3 jenis tontonan tersebut?
Tentu ada ya!
Film terlihat jauh lebih artistik. Suasana dalam film seperti senada dengan jalan ceritanya. 

klik gambar untuk versi videonya di Youtube channel Fakta Film

Misalnya sebuah film horor, biasanya suasana kehidupan dalam fim itu tergambar dalam warna-warna gelap/dark. Sementara kalau film itu bergenre drama remaja yang ceria, suasana tertampil dalam warna-warna yang serba cerah. Dsb.

Sementara itu warna visual tayangan sinetron & FTV biasanya hampir sama dengan warna suasana di kehidupan nyata kita sehari-hari. Apa adanya. Hanya mungkin terlihat lebih cerah.

Nah, seorang colorist-lah yang berperan dalam membuat tone-tone warna tersebut. Tujuannya untuk memperkuat pesan, mood atau suasana hati yang hendak disampaikan kepada penonton. Jadi, memperkuat elemen film lainnya seperti dialog & akting para aktor.
Colorist secara digital memproses gambar akhir sebuah tayangan visual, semisal film layar lebar, iklan sampai film pendek. Perannya adalah semacam gabungan antara kerja visual effect dan sinematografi. Ia bekerja setelah video editor selesai dengan tugasnya.

Seorang Colorist biasanya mengerjakan beberapa proyek sekaligus dengan berbagai sutradara dan Produser. Terkadang ia berhubungan langsung secara personal dengan klien2nya yaitu para sutradara & produser itu, tapi bisa juga secara internasional melalui video call, dsb. Skala dan jenis proyek biasanya menentukan jumlah sesi yang diperlukan untuk menyelesaikannya.

Beda pekerjaan Color Correction & Color grading
Sebenarnya color grading adalah bagian dari proses color correction.
Namun banyak orang menganggap bahwa color correction adalah mengoreksi warna gambar yang terlihat kurang sempurna. Misalnya, terlalu terang atau terlalu gelap, terlalu kekuningan (yellowish), kebiruan (bluish), kemerahan (reddish), dsb. yang bisa diakibatkan kesalahan kamerawan saat pengambilan gambar maupun keterbatasan kondisi lingkungan saat pengambilan gambar.

Biasanya pekerjaan color corrector antara lain:
- membenahi pencahayaan (exposure) yang kurang pas
- membenahi pengaturan white balance agar lebih pas
- mengurangi noise yang berlebihan akibat pengaturan ISO yang kurang tepat, dsb.

Sedangkan color grading adalah proses memberi nuansa warna tertentu pada keseluruhan gambar, dengan tujuan memberi sensasi perasaan tertentu kepada penonton sesuai tujuan cerita.
Selain itu, seorang colorist juga melakukan:
- Shot matching
Yaitu memastikan bahwa penonton jangan sampai menyadari bahwa sebuah adegan telah diedit/dimanipulasi, gara2 ada perbedaan antara sebuah shot dengan shot-shot lainnya (yang mana hal ini bisa mengganggu kenyamanan penonton itu sendiri dalam menonton).
- Removing distractions
Mengisolasi dan memanipulasi elemen-elemen yang mengganggu, yang bisa membuat sebuah shot jadi tidak konsisten dengan shot-shot lainnya.
- menggunakan teknik-teknik tertentu semisal shape masks, untuk mengarahkan pandangan pemirsa ke titik fokus yang diinginkan.
- membuat tampilan khusus dari adegan-adegan tertentu, yang dibedakan dengan tampilan visual keseluruhan film. Misalnya tampilan adegan mimpi, adegan flashback, dsb. 

Software yang dipakai
Ada beberapa merk software yang dipakai untuk melakukan pekerjaan color grading ini seperti Baselight, Nucoda, DaVinci Resolve, SpeedGrade, dsb. Namun selain itu, ada pula yang berjenis plugin (tambahan, pelengkap) dari software video editing seperti misalnya Synthetic Aperture's Color Finesse yang adalah plugin untuk Final Cut Pro, Adobe Premiere & After Effects.

Asosiasi internasional
Saat ini profesi Colorist ini sudah ada organisasi internasionalnya lho, yaituColorist Society International yang didirikan pada tahun 2016 di NAB Show di Las Vegas.

Cara menjadi seorang Colorist
Cara yang paling umum adalah dengan masuk kuliah jurusan Film & Televisi. Di sini bisa Anda dapatkan informasi mengenai sekolah-sekolah film terbaik, baik di Indonesia maupun dunia.

Namun bila Anda cukup sabar & gigih, keahlian color grading juga bisa didapat dengan otodidak. Browsing di internet, membaca buku serta rajin menonton film. Serta tentunya, sering-sering berlatih.
Software gratis yang cukup powerful untk dipakai berlatih salah satunya adalah DaVinci Resolve, yang bisa dipakai baik di platform Macintosh maupun PC.  

Peluang kerja di Indonesia
Hingga saat video ini dibuat, profesi Colorist masih cukup langka di Indonesia. Lebih langka bila dibandingkan profesi lain di bidang perfilman seperti Sutradara, Editor Offline, dsb.
Jadi, masih tersedia banyak peluang bagi kalian yang ingin menekuni profesi Colorist.
So.. ayo semangat belajar & berkarya! 💪😊


sumber:
Patrick Inhofer, https://learning.linkedin.com


0 komentar:

Posting Komentar