Jumat, 14 Desember 2018

Review Film MORTAL ENGINES

Halo.. selamat datang di Fakta Film.
Kali ini saya akan membahas mengenai film Mortal Engines, yaitu sebuah film bergenre science fiction adventure movies, keluaran dari Universal Pictures.
Film ini disutradarai oleh Christian Rivers, yaitu seorang ahli visual effect yang sering bekerjasama dengan sutradara Lord of The Rings, Peter Jackson.

Peter Jackson disini juga ikut berperan, yaitu sebagai produser sekaligus penulis skenario bersama 2 rekannya yang dulu sama-sama menulis The Hobbit, Fran Walsh & Philippa Boyens.

CERITA
Latar kisah film ini adalah suatu masa beberapa ratus tahun di masa depan, sesudah terjadinya perang besar antara kerajaan Amerika & Cina, perang 60 menit. Begitu hebatnya dampak perang ini bagi peradaban manusia, sehingga di masa itu gedung-gedung dan perumahan yang berpijak pada tanah menjadi sangat langka didapati. Tanah telah tercemar sehingga beracun. Akibatnya, kota-kota kemudian dibangun diatas roda atau melayang dengan balon di udara. Benar-benar bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Bisa dibayangkan, betapa luar biasa besarnya kota diatas kendaraan tersebut. Melihatnya membuat kita merasa kagum, sekaligus ngeri. Seperti melihat monster raksasa.

Bervariasi ukuran kota-kota itu, ada yang besar dan kecil. Saling memangsa satu sama lain, disebabkan saling berebut sumber daya untuk bertahan hidup. Satu yang terbesar adalah kota London. Di tokohi oleh Thaddeus Valentine yang jahat, kota ini kerap memangsa kota kecil. Cara memangsanya epik sekaligus menakutkan: pihak kota London menembakkan rantai raksasa ke kota kecil, lalu menarik kota itu kedalam perutnya. Mirip binatang predator melahap mangsanya. Warga kota itu lalu dipekerjakan sebagai pekerja dengan kasta terendah disana. 

Tokoh protagonis yang muncul adalah seorang wanita muda dengan bekas luka tergores panjang di wajahnya, Hester (Hera Hilmar). Memendam dendam atas kematian ibunya, Hester berusaha membunuh Thaddeus. Selain itu ada Tom (Robert Sheehan). Tom ini adalah seorang pemuda London yang semula hanya tinggal di kampung halamannya saja, tanpa kakinya pernah menyentuh tanah. Pertama kali ia tahu mengenai perangai buruk Thaddeus adalah saat ia dilempar jatuh ke luar kota oleh pria itu, padahal ia telah melindungi Thaddeus dari upaya pembunuhan oleh Hester. Berdua mereka lalu berjuang bersama, menjadi bagian dari perjuangan melawan Thaddeus  

SPECIAL EFFECT
Dahsyat!
Berangkat dari kisah novel yang idenya sendiri sudah dahsyat, yaitu kota-kota nomaden diatas roda-roda tank berukuran luar biasa besar, sutradara Christian Rivers seolah menemukan taman bermainnya di film ini. Sebagai ahli visual effect yang aktif berkomunikasi dengan produsernya yang juga sutradara film-film science fiction adventure, ia sukses memimpin timnya menghasilkan sebuah tontonan dengan visualisasi yang menakjubkan. 
Misalnya, saat jajaran kota bergerak melintasi sabana, tampak begitu megahnya. Lalu visualisasi keindahan Airhaven, kota persinggahan di antara awan, sukses disajikan dengan begitu detailnya. Salah satu adegan yang paling luar biasa adalah saat London mengejar kota tambang kecil di babak awal. Betul-betul penuh keseruan dan detail yang memesona, membuat momen ini terasa sangat berkesan. 2 jempol layak diberikan untuk Christian Rivers, yang memang udah berpengalaman dalam menyajikan visual memesona, seperti yang ditampilkan pada trilogi The Lord of the Rings (2001-2003) dan The Hobbit: An Unexpected Journey (2012).

ANALOGI
Menonton kehidupan diatas roda yang mengagumkan namun menakutkan ini, dimana pihak yang kuat seperti London selalu haus kekuasaan, nampaknya seperti menganalogikan apa yang sedang terjadi antara negara di dunia saat ini. Mungkin dimaksudkan sebagai kritik atas konflik antara kekuatan lama seperti barat yang dengan keangkuhannya berusaha menguasai negara timur dengan berbagai cara. Nggak tahu sih ya maksud penulis sebenarnya, tapi kalo saya sih menangkapnya begitu.


KRITIK
Dikutip dari situs Internet Movie Database (IMDb), “Mortal Engines” mendapat rating sebesar 8.1 dari 10.  Walaupun demikian, ada beberapa hal yang bagi kami agak mengganjal:
Pertama, bahwa keindahan visual film ini tak sebanding dengan kekuatan ceritanya.
Bisa dibilang tak ada drama yang cukup untuk membuat penonton masuk ke dalam kisahnya.
Nampaknya ini disebabkan oleh kualitas penulisan yang baik. Hasilnya, film ini jadi pincang dalam urusan perkembangan karakter dan chemistry antar pemainnya. Agak sayang untuk film yang kemungkinan besar akan memiliki sekuel di masa depan.

Selain itu, aksi dan efek visual yang begitu dominan tanpa drama yang cukup kuat ini cenderung membuat mata dan pikiran menjadi lelah. Ini mengingatkan kami akan pengalaman serupa saat menonton film Transformers: Dark of the Moon dulu. :-( Bukankah sebenarnya, cerita antar manusia yang lebih menyentuh hati & pikiran kita?

Salah satu hal lain yang bagi kami cukup mengganggu adalah, bahwa penonton seolah dipaksa untuk mencermati latar belakang dari sekian banyak karakter di film ini. Resikonya bila kita tak konsentrasi dalam menonton, kita bisa bingung akan tokoh-tokoh yang menurut kita seolah tiba-tiba muncul. Alangkah baiknya menurut kami, bila durasi yang berharga itu dipakai untuk fokus pada kisah beberapa tokoh utama saja sehingga drama antara mereka bisa terbangun dengan lebih baik.

Tentang ending, Mortal Engines kurang menampilkan ending yang mengejutkan. Bagi kami, sudah tertebak sebelumnya. Kendati begitu kami bisa memakluminya. Selain bahwa membuat ceita dengan twist mengejutkan itu tidak mudah, harap diingat bahwa film ini adalah sebuah kisah yang menjadi bagian dari sebuah trilogi. Bisa jadi ini sudah direncanakan sang penulis novelnya, sebagai bagian dari dramatisasi perjalanan cerita yang diarahkan ke twist besar di akhir trilogi. Siapa tahu?
Selain itu sebenarnya, bila kisah drama sudah tergarap dengan baik, tanpa twist di akhir pun film ini tetap menjadi tontonan yang memuaskan.
well, semakin pintar, penonton semakin tak mudah dipuaskan. Tapi lepas dari segala kelemahan, saya sih maklum bahwa nggak udah bikin twist.
 film ini masih menyajikan tontonan yang cukup menghibur. Pertempuran melawan kota raksasa berhasil disajikan dengan penuh ketegangan.

Dengan bujet 100 juta dolar, sanggupkah Mortal Engines melebihi kualitas & kesuksesan Lord of The Rings & The Hobbit? Menurut kami, melebihi belum. Baru mendekati.. :)

Tapi, itu semua pendapat kami semata. Silahkan tonton di bioskop untuk mendapatkan pendapat Anda sendiri. :)

Terima kasih telah membaca.
Sampai jumpa di artikel kami berikutnya..

0 komentar:

Posting Komentar