Sabtu, 06 November 2010

MEMBUAT FILM VIDEO SENDIRI


Hai sobat filmmaker..
Kali ini saya ingin membagi sedikit pengetahuan yang ada pada saya tentang cara membuat film. ‘Cara membuat film’? emang udah pernah bikin film apa aja, trus, berapa yang box office?. Duh, jangan bertanya begitu dulu ya pembaca. Tentu, saya masih amat sangat jauh dibanding Hanung Bramantyo atau Riri Riza yang sudah malang melintang belasan tahun di dunia professional filmmaking. Saya tak lebih hanyalah seorang ‘professional filmmaker wannabe’ yang masih harus bergulat mengatasi rintangan-rintangan menuju cita-cita mulia itu. Maksud saya berbagi disini hanyalah sekedar demi mencari amal, teman, kepuasan batin sekaligus pahala dari Tuhan. Oleh karena itu bila kurang lengkap, silahkan ditambahi. Bila kurang sempurna, silahkan disempurnakan. Toh jelek-jelek begini & belum pernah bikin film bioskop, saya sudah ikut banyak workshop, kursus, sudah nonton ratusan film & 4 tahun kerja jadi editor di sebuah TV swasta nasional (eh, belum layak dibanggain ya? :-( )
Teman-teman, karena banyaknya hal berkaitan dengan tema ini, maka saya akan membaginya kedalam minimal 2 sub tema. Yaitu, membuat film sebagai hobi & membuat film sebagai karir profesional.

Membuat film sebagai hobi (video “rumahan”)
Puluhan tahun kamera foto still menjadi andalan masyarakat untuk merekam momen-momen berharga mereka. Dari yang semula hanya mampu menghasilkan gambar hitam putih, lalu berkembang menjadi dapat menghasilkan gambar berwarna. Dari yang semula menggunakan klise yang harus dicuci-cetak, sampai berkembang menggunakan hard disk sebagai penyimpan gambar. Seiring perkembangan zaman, kamera perekam gambar bergerak (kamera video)pun ditemukan. Sekarang,momen-momen indah bisa diputar kembali dibanding sekedar sebuah gambar diam.
Kamera perekam gambar bergerak sebenarnya ditemukan tak lama sesudah kamera foto, namun popularitasnya di masyarakat kalah jauh dikarenakan kamera video semula jauh lebih mahal harganya dibanding kamera still photo, sehingga tak terjangkau masyarakat luas. Baru sekitar dekade 80-an, kamera video mulai dibuat untuk keperluan home use.
Saat ini, dekade 2000an, kamera video rumahan semakin murah dan mudah didapat di pasaran. Dengan modal hanya 2 jutaan saja, kita sudah bisa mendapatkan kamera video yang cukup untuk sekedar mengabadikan momen-momen keluarga, misalnya. Bahkan perangkat telepon genggam pun sudah sangat umum dilengkapi dengan kamera video.
Seiring makin membudayanya kamera video, timbul kesadaran untuk menggunakan benda itu secara lebih efektif agar dihasilkan kualitas video yang lebih baik. Bila sekedar untuk merekam momen keluarga, misalnya, bagaimana caranya agar video itu dapat menghibur dan membangkitkan kenangan dengan baik bila suatu saat nanti diputar kembali. Sedangkan bila digunakan untuk membuat film, bagaimana agar film itu nantinya dapat dinikmati sebagai serangkaian gambar yang menampilkan cerita secara utuh layaknya film profesional.
Teman-teman pembaca, berikut beberapa tips agar rekaman video enak ditonton:

1. Buatlah cerita yang pendek & sederhana
Tentukan/rencanakan sebelum syuting, peristiwa penting apa & obyek apa yang mau direkam. Jadi, prioritaskan mengambil gambar itu, walaupun bisa jadi akan banyak improvisasi sesuai situasi & kondisi nantinya. Selain itu, jangan pernah merekam sebuah obyek yang sama lebih dari 2 menit, karena akan membosankan. Menggunakan banyak klip video pendek berdurasi 10-20 detik akan lebih efektif.
2. Perhatikan lokasi sekitar
Ambil suasana, gedung atau bangunan alami yang bisa bercerita tentang lokasi anda. Jadi, sesuatu yang khas lokai itu. Contoh bila hendak menggambarkan adegan romantis di Bali, perlihatkan pantai Kuta. Atau bila hendak menggambarkan kesemrawutan Jakarta, ambil gambar kemacetan pada jam kantor & orang-orang yang ramai berjalan.
3. Hindari zoom berlebihan
Banyak orang terpesona dengan fasilitas digital zoom camcorder digital yang sampai ratusan kali (200x, 700x), lalu berlebihan memakainya. Hal ini dapat mengakibatkan kepala pusing saat menyaksikan penggunaan zoom yang membesar & mengecil secara berlebihan & cepat. Jadi, gunakan zoom secukupnya saja, & perlahan.
4. Pergunakan Tripod (kaki tiga penyangga kamera)
Pengambilan gambar yang goyang tentu sangat mengurangi keindahannya. Walaupun hampir semua camcorder sudah dilengkapi image stabilizer, namun sebuah goyangan yang kuat tetap akan mengganggu. Cara mengatasinya, pakailah Tripod. Harga dipasaran cukup bervariasi, dari 200an ribu—jutaan rupiah. Bila tak ada, cobalah untuk bersandar ke sesuatu seperti dinding, atau meletakkan siku ke meja.
5. Pakai mikropon
Setiap camcorder sudah dilengkapi internal mikropon. Namun bila ingin hasil yang lebih baik, pakailah mikropon tambahan. Tancapkan jack dari kabel mikropon ke port in mic di camcorder. Namun, tidak semua camcorder dilengkapi port ini. Untuk menyiasatinya, pakailah perangkat clip on (mikropon tanpa kabel yang ditempelkan di pakaian aktor/pemeran) yang bisa disewa dari rental.
6. Perhatikan pencahayaan
Menyewa lampu untuk syuting tidak mahal. Paling-paling 50an ribu untuk 1 lampu Unomatt atau Red Hat, misalnya. Jadi, gunakan lampu bila memungkinkan. Namun bila terpaksa tidak ada, pakailah lampu camcorder. Tips penting, gunakan pencahayaan dari belakang anda untuk menerangi obyek yang direkam. Untuk rekaman saat matahari terbit, misalnya, pastikan matahari menyinari obyek yang anda rekam, & bukan lensa camcorder anda (karena akan menyilaukan mata pemirsa). Tips lain, mintalah lampu cadangan bila menyewa lampu, karena lampu seperti Unomatt rentan pecah.
7. Ubah sudut pandang
Jangan merekam hanya dari 1 sudut, agar ada variasi gambar. Dekati & bidik dari semua sudut. Bisa dari belakang, atas atau sembarang sudut yang menarik.
8. Hemat baterai
Jangan sampai kehabisaan baterai! Bawa cadangan paling tidak 2 baterai ekstra. Juga charger untuk mengisi ulang baterai bila memungkinkan. Lebih bagus lagi bila membawa juga perlengkapan untuk koneksi kamera ke sumber listrik rumah (PLN), jadi bisa menghemat baterai, bila syuting dekat sumber listrik.
9. Dimulai dari akhir
Trik lain agar rekaman menarik adalah, gunakan akhir cerita untuk memulai rekaman video. Saat membuat video pernikahan, misalnya, anda bisa memulainya dengan mewawancarai pasangan yang sedang berbahagia di pesta pernikahan. Baru kemudian kembali ke saat kapan mereka bertemu, bagaimana menjaga hubungan saat pacaran, dst.
10. Belajar dari film yang ada.
Saat menonton film, biasanya kita menikmati tayangan tanpa memikirkan pikiran sutradara. Coba perhatikan lebih kritis alur, cara merekam, pengambilan sudut, dll. Bisa jadi anda akan kaget melihat begitu banyak yang bisa dipelajari dari film.

Teman-teman pembaca, begitulah artikel singkat ini, semoga berguna. Bila ingin mendapat panduan yang jauh lebih lengkap dalam pembuatan video atau bahkan film, produk2 disamping bisa dicoba. Terima kasih..

Sumber: pengalaman pribadi & tabloid Digital Living.


0 komentar:

Posting Komentar